Terjemah Kitab An Niat
Persoalan niat sendiri sebenarnya persoalan sederhana. Namun, bagi para ulama Salaf terdahulu ternyata persoalan niat adalah hal yang paling utama dalam setiap pembahasannya. Misalnya tatkala kita mengkaji karya ulama-ulama terdahulu, tak jarang kita akan menemukan bab niat di awal pembahasan karya ulama tersebut. Oleh karenanya persoalan niat ini sederhana, tetapi juga soal yang paling utama.
Tentu kita semua tidak akan mau, gara-gara salah niat sehingga amal perbuatan kita berpahala kecil, atau bahkan tertolak. Hal yang pasti yang kita mau adalah beramal kecil, namun dengan niat yang benar mendapatkan pahala yang besar. Seorang ulama Salaf terdahulu pernah menyinggung persoalan niat dengan ungkapannya yang istimewa, yakni Ibnu Mubarak rahimahullah. Beliau mengatakan, Terkadang amal kecil menjadi besar pahalanya karena niat yang baik, dan terkadang amal besar menjadi kecil pahalanya karena niat yang kurang layak.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh sang penulis dalam penggalan cerita di dalam buku ini; al-Habib Muhammad ibn Alwi Alaydrus atau al-Habib Saad menceritakan dalam karyanya: Anna rajulan min Bani Isaril (Bahwasanya ada seorang laki-laki dari Bani Israil) yang melintasi sebuah bukit pasir pada musim paceklik, ia bergumam dalam hatinya, Jika pasir-pasir ini berupa makanan dan ia milikku, maka akan aku bagikan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Maka, di saat itulah Allah memberikan wahyu kepada Nabi kaum Bani Israil, katakanlah kepada orang itu, Allah telah menerima sedekahmu, dan Allah senang dengan niat baikmu.
Masya Allah. Betapa mulianya kaum Bani Israil itu; hanya karena perkataan dalam hati (baca: niat), maka seorang dari kaum Bani Israil itu mendapat ganjaran besar dari Allah. Sekarang kita sudah tahu di mana posisi penting persoalan niat.
Maka tak heran, buku ini menjadi incaran kaum Muslimin yang ingin berlomba-lomba memperbaiki niat dan meraih pahala besar disebabkan memasang niat-niat yang baik.
Share this:
